Berjuang Bagi Tunanetra
Berjuang Bagi Tunanetra

Sahabat D’Impact, pernah merasa penasaran siapa yang membuat aplikasi yang biasa kita gunakan di smartphone?

Graciela Gabrielle Angeline, yang biasa dipanggil Grace, adalah salah satu dari sekian banyak pembuat smartphone app tersebut. Namun, uniknya, aplikasi yang ia bangun Bersama sekelompok temannya adalah aplikasi khusus untuk navigasi para tunanetra Bernama PetaNetra.

Apa yang melatari Pembangunan aplikasi ini? Bagaimana cara Grace dan kawan-kawannya terus berjuang bagi tunanetra secara sukarela hingga kini? Mari Simak lintas perjalanannya di bawah ini, sahabat D’Impact!

Kesempatan Emas untuk Melakukan Aksi Nyata

Grace yang hobi mengikuti berita terkini perihal gadget dan buah-buah teknologi lainnya kuliah S1 di jurusan Computer Science. Saat wajib magang selama 1 tahun, ia pun meneruskan hobi itu dengan mengikuti program yang diselenggarakan Apple Developer Academy.

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa program magang yang ditawarkan, yang berlangsung pada bulan Februari-Desember 2021, bersifat project-based. “Di sana jadi kita banyak bikin aplikasi yang pakai fitur-fitur Apple. Selama aku magang, kira-kira ada 4 kali challenge untuk bikin aplikasi. Nah, di challenge yang ketiga, kita cuma dikasih list ide-ide besarnya, bukan dipilihin. Terserah mau pilih yang mana dan bentuk kelompok sendiri sesuai dengan teman-teman yang ngambil topik yang sama.”

Di tahap yang dimaksud, Grace memilih topik disabilitas, sahabat D’Impact, “Karena menurut aku ya menarik juga sih, karena aku pun sadar masih banyak sesuatu yang masih bisa di-improve di kehidupan sosial Masyarakat, terutama untuk teman-teman disabilitas, dengan teknologi.”

Grace pun bergabung dengan 5 orang pemagang lain yang memilih topik yang sama. Dan, “Di situ aku ceritain kenapa aku milih disabilitas dan ide aku apa. Dan saat itu memang concern-nya spesifiknya ke temen-temen tunanetra.”

Pilihan sub-topik ini bukan tanpa alasan, sahabat D’Impact. Kedua orangtua Grace adalah penyandang disabilitas netra. Selain itu, ayahnya bahkan menyandang disabilitas rungu pula.

Serupa kepada teman-teman sekelompoknya kala itu, ia membeberkan, “Dari yang aku lihat dari papa-mamaku yang mereka suka mobilitas sendiri, temen-temen tunanetra kan cukup sulit bernavigasi karena informasi yang mereka dapatkan di tempat umum tuh susah gitu, nggak segampang temen-temen awas. Kalau temen-temen awas ke tempat baru, misalnya ke MRT, bisa lihat papan petunjuk gitu kan. Sedangkan kalau temen-temen netra mau tahu arah dari mana? Ya oke lah ada guiding block, tapi guiding block pun tidak memberitahu arah ke mana itu akan menuju, apalagi ketika ada percabangan.”

Berjuang bagi Tunanetra, Mulai

Kawan-kawan Grace menyetujui idenya, sahabat D’Impact, dan mulailah mereka menyusun fondasi smartphone app yang akan mereka buat.

Grace menuturkan, “Kita interview banyak temen-temen tunanetra di awal untuk validasi, ‘Benar ga sih ini yang kalian rasain selama navigasi di tempat umum?’ Dari situ makin mengkerucut, mengkerucut, mengkerucut, terus sampai akhirnya menemukan kalau stated challenge kita itu adalah meningkatkan produktivitas teman-teman tunanetra, dengan menjadi mandiri dalam mobilitas ruang publik. Terus dari situ baru kita kembangkan aplikasi PetaNetra. 6 bulan dari mulai desain dan juga explore teknologi yang cocok apa sampai akhirnya kita selesaiin di akhir magang di bulan Desember 2021. Itu PetaNetra versi 1.0 gitu, ya masih belum efektif dipakai.”

Mengenai smartphone app itu sendiri, Grace yang juga gemar berolahraga dan menonton film ini menerangkan, “Aplikasi PetaNetra itu aplikasi berteknologi augmented reality, yang membantu teman-teman tunanetra untuk bisa bermobilitas lebih mandiri lagi di ruang publik indoor dengan bantuan kamera. Aplikasi ini juga dilengkapin sama Voiceover (pembaca layar) dan Haptic Feedback (getaran), sebagai indicator. Misalnya lagi mulai navigasi, ‘Ini depan masih lurus terus,’ atau misalkan ada perintah baru kayak, ‘Hati-hati di depan ada rintangan,’ misalnya lubang ataupun tiang atau jalanan licin.”

Meskipun program magang telah selesai, perjuangan para Gen-Z melalui smartphone app ini tak lantas berhenti, sahabat D’Impact.

Grace dan 2 orang kawan seperjuangannya tetap berusaha meningkatkan kualitas aplikasi ini agar dapat betul-betul digunakan. Kini PetaNetra berada di bawah naungan non-profit start-up yang mereka bangun serta jalankan sendiri, dengan Grace sebagai CEO serta teman-temannya sebagai COO dan CTO. Sebabnya, “Karena menurut kita visi-misi kita belum tercapai, untuk benar-benar aplikasi ini bisa berguna untuk teman-teman tunanetra, untuk meningkatkan produktivitas mereka sehari-hari dan juga semakin mandiri dalam bermobilitas.”

eSeperti apa kiprah mereka di lembaran baru ini? Mari simak di artikel berikutnya, sahabat D’Impact!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *