Chris John

Sahabat D’Impact, kesempatan emas tak selalu datang, dan terkadang perlu diciptakan. Kesempatan untuk mencetak sejarah serta memberikan sumbangsih kepada bangsa dan negara pun demikian. Hal ini dialami Yohanes Christian John, yang akrab dikenal dengan nama Chris John. Ia memanfaatkan kesempatan emas yang menghampirinya dengan penuh kerja keras, juga membuka kesempatan serupa untuk orang lain.

Seperti apa sepak-terjangnya? Mari simak ulasannya berikut:

Kelahiran Chris John, Petinju Indonesia

Chris John diperkenalkan pada dunia tinju ketika ia berusia sekitar 5 tahun oleh ayahnya, yang berharap suatu saat nanti ia dapat menjadi atlet tinju profesional. Saat itu, keluarganya pindah ke kabupaten Banjarnegara setelah ayahnya terkena pemutusan hubungan kerja.

Fasilitas dan peralatan latihan yang tersedia waktu itu sangat sederhana, terbatas dan seadanya. Dan, tak hanya dari sisi sarana, Chris John pun mengakui, “Kadang memang lingkungan sekeliling yang kadang mencemooh ya.”

Namun, ia tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik dengan kesempatan yang ia miliki. “Di dalam keterbatasan itu saya kira mental kita juga terlatih untuk menjadi seorang yang bermental baja,” ujarnya. 

Pada akhirnya, kerja keras serta ketekunan berlatih membawa Chris John kepada debut pertandingan tinjunya di Banjarnegara ketika ia berusia 14 tahun.

Pengalaman pertandingan tinju pertama itu sangat berkesan baginya. Ia merasa tegang, karena disaksikan banyak penonton yang berkerumun di Alun-alun, tapi akhirnya pertandingan tersebut bisa dilalui dengan baik.

Usaha+Doa=Kesuksesan

Sejak saat itu, berbagai kesempatan untuk mengasah diri ia manfaatkan dan berbagai pengalaman berkesan pun ia dapatkan. Perlahan tapi pasti, ia juga membentuk ciri khasnya sebagai petinju, termasuk gaya andalannya yakni menangkis lalu membalas memukul.

Salah satu pengalaman yang sungguh berkesan bagi pria kelahiran 14 September 1979 ini adalah ketika ia bertanding melawan petinju idola saat itu dalam kejuaraan nasional di Jakarta pada tahun 1999, yang ditayangkan salah satu stasiun Televisi. Di ronde pertama, ia sempat terkena knockdown 2 kali, tetapi ia dapat bangkit di ronde ke-11 dan membalikkan keadaan. Ia bahkan berhasil memukul roboh lawannya di ronde terakhir dalam pertandingan menegangkan selama 12 ronde tersebut, dan memenangkan pertandingan sekaligus merebut gelar juara nasional kelas bulu.

Namun, pengalaman yang paling berkesan baginya adalah ketika mimpinya menjadi kenyataan: Ia berhasil menyandang gelar juara dunia tinju yang ke-7 dari Indonesia versi WBA (World Boxing Association) setelah menang atas petinju dari Kolombia pada 26 September 2003 di Bali. Ia menang angka tipis (split decision) dalam pertandingan 12 ronde tersebut, dan dinyatakan berhak menyandang gelar juara dunia  sementara (interim title). Tak lama kemudian, WBA pun “menghibahkan” gelar juara secara definitif kepadanya, setelah juara bertahan dari Amerika Serikat kalah angka atas petinju dari Meksiko yang adalah juara IBF.

“Tentunya bukan karna hebat saya. Saya mengerjakan tugas saya sebagai manusia, tetapi tentunya semua adalah berkat Tuhan buat saya,” tuturnya perihal kemenangan tersebut.

Prinsip tersebut terus dipegang Chris John sementara dunia pers Indonesia enggan mengakui gelar dunia yang telah ia peroleh, menganggap bahwa gelar tersebut hanya “di atas kertas” saja. Ia menangkis keraguan itu dengan bukti nyata, yaitu kemenangan-kemenangan yang ia raih berikutnya, termasuk mempertahankan gelar kelas bulu versi WBA (Super Champion) yang ke-18 pada 14 April 2013.

Beraktivitas diluar Ring Tinju

Ketika memasuki usia ke-35 pada tahun 2013, Chris John memutuskan untuk menggantungkan sarung tinju dan berkontribusi untuk bangsa Indonesia dengan cara lain tetapi masih di bidang yang sama.

Pada tahun 2015, ia bersama dengan partnernya, Longines Tamio, membentuk PT Chris John Indonesia, yang berfokus pada kemajuan olahraga tinju di Indonesia pada khususnya dan dunia olahraga, seni serta budaya pada umumnya. Di antara sederetan misinya, perusahaan ini berhasrat melahirkan juara dunia yang akan menjadi penerus Chris John dan menjadi kebanggaan Indonesia di mata dunia.

Sebagai perwujudan misi ini, PT Chris John Indonesia menggelar Indonesia Boxing Championship secara perdana pada bulan September 2016, bekerjasama dengan salah satu stasiun televisi di Indonesia. Kejuaraan ini disambut baik oleh berbagai kalangan masyarakat, mulai dari penggemar olahraga tinju hingga pemerintah daerah serta pusat, dan melahirkan 16 petinju terbaik dari seluruh Indonesia.

Sambutan baik tersebut melestarikan keberadaan kejuaraan ini dari tahun ke tahun hingga sekarang. Kejuaraan terbaru, “Tarkam Vol. 1 – Tinjunya Anak Kampus,” digelar pada 11 Mei 2024.

Perihal usahanya yang berbuah kesuksesan tersebut, Chris John berujar, “Ada harga yang dibutuhkan untuk menjadi sukses. Harga itu yang memang harus kita bayar, yaitu disiplin, kerja keras, fokus dan mungkin menghindari kesenangan awal. Kita bisa lebih mengejar apa yang kita impikan dengan bersusah-susah dahulu. Segala sesuatu ada turun naik, tetapi kita juga harus terus fokus bermental baja.”

Semoga kisah dan tips dari Chris John ini dapat memotivasi kita juga, sahabat D’Impact. Salam sukses!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *