Gelar Sarjana

Sahabat D’Impact, pelajaran terkadang harus diulang agar dimengerti. Inilah yang terjadi pada saya, sementara mencari jalan lain untuk meraih cita-cita memiliki gelar sarjana.

Mendapat Beasiswa

Selama beberapa tahun setelah saya gagal berkuliah di Sekolah Tinggi Bahasa Asing LIA, saya menghabiskan waktu bersama teman-teman saja, dan mulai berpikiran bahwa mungkin saya memang tidak bisa kuliah hingga mencapai gelar sarjana. Apalagi, kala itu, dokter sudah mendiagnosa secara pasti bahwa saya menderita penyakit autoimun jenis Neuro Myelitis Optica, dan kini saya harus berkursi roda ke mana-mana.

Kemudian, pada tahun 2011, kerabat saya bertamu ke rumah dan mengobrol dengan saya beserta orang tua. Dan, di tengah perbincangan kami, salah satu kerabat yang merupakan founder serta CEO sebuah yayasan di Jakarta tiba-tiba mengutarakan niat memberikan saya beasiswa untuk kuliah. Saya terkejut dan sangat gembira mendengarnya, karena ini artinya saya berkesempatan lagi untuk kuliah.

Beberapa lama setelah kunjungan tersebut, saya dihubungi pihak yayasan yang dimaksud. Mereka menawarkan saya untuk berkuliah di Binus Online Learning, dengan pertimbangan bahwa kuliah online akan lebih mudah bagi saya karena tidak perlu mondar-mandir ke kampus. Saya pun mendaftar di kampus tersebut di jurusan Marketing Management walaupun tidak sesuai minat saya, karena jurusan tersebut merupakan hal baru bagi saya, sementara saya memang senang mempelajari hal-hal baru.

Terulang Lagi

Hari demi hari saya jalani dengan penuh semangat. Namun, ternyata, saya sangat kewalahan ketika mengikuti kelas matematika serta akuntansi di semester 4. Lambat laun, saya menyadari bahwa jurusan ini bukan hanya tidak sesuai dengan minat saya tetapi juga tidak cocok bagi saya. Parahnya lagi, saat itu pun kesehatan saya kembali menurun karena penyakit autoimun yang saya derita kambuh, sehingga saya makin sulit berkonsentrasi.

Akhirnya, dengan berat hati, saya drop out lagi. Saya kecewa dengan diri sendiri dan bertanya-tanya mengapa saya sampai terperosok ke lubang yang sama.

Rupanya, saya lupa bahwa seharusnya saya memikirkan matang-matang terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan untuk berkuliah di BOL. Saya hanya tergiur dengan tawaran kuliah gratis saja, tidak memikirkan hal-hal seperti minat, kecocokan dan kesehatan.

Kembali Menempuh Kuliah

Meskipun sudah 3 kali gagal kuliah, saya masih tetap rindu meraih gelar sarjana. Karenanya, di tahun 2013, setelah saya memiliki penghasilan sendiri dari bekerja di 2 perusahaan (seperti yang telah saya ceritakan pada artikel sebelumnya, “Meniti Karir di Tengah Keterbatasan”), saya mencari-cari lagi informasi tentang kuliah S1 yang dapat dilakukan secara online. Dan, ketika browsing di internet, saya ternyata dapat dengan mudahnya menemukan program studi S1 jurusan Penerjemahan Bahasa Inggris di Universitas Terbuka. 

Keinginan yang kian menggebu-gebu mendorong saya untuk segera mendaftarkan diri sebagai mahasiswa di jurusan tersebut. Meskipun begitu, saya menahan diri agar tidak terperosok ke lubang yang sama lagi.

Kali ini, saya proaktif meminta pendapat dan nasihat orang tua saya, yang saya rasa sangat mengenal pribadi serta minat saya. Dan, ternyata, mereka merestui pilihan ini. Alasan restu tersebut adalah bahwa saya memang sudah famliar dan sangat berminat dengan bidang bahasa Inggris, berhubung sudah pernah tamat kursus hingga tingkat tertinggi dan pernah hampir berkuliah di jurusan serupa sebelumnya.

Hasil Perjuangan dan Pilihan yang Tepat

Setelah mendapatkan lampu hijau seperti itu, saya memberanikan diri kuliah lagi, kali ini dengan uang sendiri. Dan, syukurnya, proses kuliah selama 4 tahun berjalan lancar. Tidak mudah, karena ada kalanya kesehatan saya menurun, tetapi akhirnya saya berhasil lulus dan meraih gelar Sarjana Sastra.

Sekarang, dengan gelar Sarjana di tangan dan kesadaran bahwa pilihan ini tepat bagi saya, saya berniat mengikuti ujian penerjemahan tersumpah agar bisa membuka biro jasa penerjemahan sendiri.

Pelajaran yang Didapat

Sahabat D’Impact, perjalanan untuk meraih gelar Sarjana yang penuh lika-liku ini memberikan pelajaran yang besar bagi saya, yaitu:
• Kita harus mempertimbangkan setiap keputusan baik-baik;
• Terkadang, sebuah kegagalan harus terulang agar kita paham betul tentang apa yang harus kita lakukan untuk menghindarinya di kemudian hari; dan,
• Dalam ranah perkuliahan, sebaiknya jurusan yang dipilih sesuai minat, kemampuan, juga saran dan masukan dari orang terdekat kita, terutama orang tua atau wali kita sebagai orang yang paling mengerti pribadi kita.

Semoga hal ini pun bermanfaat bagi sahabat D’Impact!

January 9, 2024

Tetap semangat ya…!!!
Jangan menyerah

January 9, 2024

Amin. Terima kasih banyak ya Ratno.

January 10, 2024

Selalu semangat, jaga kesehatan, & semoga semakin dimudahkan segala urusannya, Sisi 🙂

February 25, 2024

Amin. Sama-sama ya Ciput. Maaf baru kebaca komentar Ciput

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *