Posisi Kepemimpinan

Sahabat D’Impact, seperti diulas di artikel sebelumnya, inklusi disabilitas di tempat kerja sangat penting dalam mendukung perkembangan karier penyandang disabilitas. Bahkan, berkat dukungan tersebut, karyawan disabilitas seperti M. Reza Akbar dapat mencapai posisi kepemimpinan di perusahaan tempatnya bekerja.

Seperti apa dampak inklusi disabilitas di tingkat ini? Apa yang dapat dilakukan agar karyawan disabilitas lain dapat mencapai posisi serupa? Mari simak terus artikel ini dan temukan jawabannya!

Merambat menuju Posisi Kepemimpinan

Ega menapaki 3 posisi di dalam Think.Web sebelum ia dipercaya menjadi Head of Engagement.

“Saya mengawali karier di Think.Web tahun 2016 sebagai Social Media & Digital Activity Officer, kemudian di tahun 2018 saya bergabung sebagai Content Writer,” ia membeberkan. “Lalu di tahun 2019 saya diberikan tanggung jawab sebagai Content Editor, dan akhirnya di tahun 2022 barulah saya dipercaya menempati posisi Head of Engagement.”

Tentunya, tanggung jawabnya setelah mencapai posisi kepemimpinan tak hanya bersifat individual, sahabat D’Impact.

Realita Posisi Kepemimpinan bagi Seorang Tunanetra

Mengenai hal tersebut, Ega menjelaskan, “Secara struktur, saya bertanggung jawab kepada Operation Manager dan Co-CEO. Sebagai Head of Engagement, tugas utama saya adalah melakukan team management dan memastikan semua proses produksi dari divisi Engagement bisa berjalan lancar.”

Menyoal tim yang ia pimpin, Ega mengungkapkan, “Divisi Engagement di Think.Web terdiri dari teman-teman writer yang bertanggung jawab atas semua produksi konten yang sifatnya tulisan atau copywriting. Saat ini saya membawahi 5 orang writer yang biasa disebut Engagement Officer.”

Tantangan Baru di Posisi Baru

“Tentu saja, setiap posisi pasti memiliki tantangan berbeda. Apalagi sebagai Head of Engagement, banyak tantangan baru yang saya hadapi karena ini adalah pengalaman pertama saya bekerja sebagai head,” Ega mengakui ketika ditanya tim D’Impact tentang tantangan apa yang dihadapinya di posisi baru ini. “Salah satu tantangannya adalah manajemen waktu, karena sebagai head saya wajib bertanggung jawab dan terlibat di semua project. Tantangan lainnya adalah ketika melakukan supervisi pekerjaan, karena memeriksa banyak dokumen menggunakan screen reader tentu cukup tricky ya, apalagi untuk urusan typo atau ejaan.”

Kemudian ia menandaskan, “Tapi untungnya semua pembelajaran dan tantangan yang pernah saya temukan sebelumnya sangat membantu saya dalam menjalankan tanggung jawab saya saat ini,” dan menambahkan, “Saya merasa teman-teman di Think.Web sangat suportif dengan posisi baru saya, jadi ini juga sangat membantu saya dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari.”

Membawa Talenta-Talenta Disabilitas ke Posisi Kepemimpinan

Ketika tim D’Impact menanyakan pendapatnya perihal karyawan disabilitas di posisi kepemimpinan di sektor formal seperti dirinya, Ega menuturkan, “Menurut saya penyandang disabilitas di posisi kepemimpinan di sektor formal adalah hal yang penting dan perlu didukung. Saya sendiri banyak  bertemu teman-teman disabilitas yang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin yang sukses. Jika diberi kesempatan, saya yakin mereka dapat memberikan kontribusi yang berharga bagi perusahaan dan masyarakat.”

Bagaimana agar hal ini dapat terlaksana? Menurut Ega, “Setidaknya ada tiga hal penting yang dibutuhkan, yaitu kreativitas, aksesibilitas, dan inklusivitas. Ketika kreativitas didukung dengan aksesibilitas, maka akan tercipta inklusivitas, yang dapat membantu teman-teman disabilitas untuk bisa berdaya tanpa batas.”

Mewujudkan Impian Bersama

Mengenai penerapan ketiga hal tersebut, Ega mengakui bahwa ada saling keterkaitan kompleks yang perlu terjalin, yaitu:
“• Perubahan pola pikir dan sikap: Masyarakat perlu mengubah pola pikir dan sikap mereka terhadap penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas tidak boleh dipandang sebagai orang yang lemah atau tidak mampu. Mereka harus dipandang sebagai individu yang memiliki potensi yang sama dengan orang-orang non-disabilitas.
Penciptaan lingkungan kerja yang inklusif dan aksesibel: Perusahaan perlu menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan aksesibel bagi penyandang disabilitas. Lingkungan kerja yang inklusif adalah lingkungan kerja yang menghargai perbedaan dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas. Lingkungan kerja yang aksesibel adalah lingkungan kerja yang dapat diakses oleh semua orang, termasuk penyandang disabilitas.
Peningkatan keterampilan dan kompetensi: Penyandang disabilitas perlu meningkatkan keterampilan dan kompetensi mereka agar dapat bersaing dengan pekerja non-disabilitas.
Peningkatan dukungan: Penyandang disabilitas perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk keluarga, teman, pemerintah, dan perusahaan. Dukungan ini dapat membantu mereka untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi dalam mencapai posisi kepemimpinan.”

Sahabat D’Impact, seperti yang telah dialami dan diungkapkan Ega, kesetaraan dan inklusi terhadap penyandang disabilitas di dunia kerja perlu diupayakan oleh semua pihak. Hal ini dapat mengarah kepada semakin banyaknya karyawan disabilitas yang berkesempatan dipercaya di posisi kepemimpinan. Namun, terlebih lagi, hal ini dapat memperkaya pengalaman serta interaksi seluruh bagian lingkungan kerja yang terlibat.

Semoga kisah yang Ega bagikan ini dapat bermanfaat bagi sahabat D’Impact. Salam inklusi!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *