Kehidupan seseorang memiliki banyak segi: mental, spiritual, sosial, ekonomi, pekerjaan dan sebagainya. Namun, apa yang dirasa berhasil dalam satu segi belum tentu teruji dalam segi lain.

Sahabat D’Impact, kenyataan ini pun berlaku perihal kesetaraan dan inklusi disabilitas, seperti yang saya rasakan saat bekerja di perusahaan multinasional. Diperhadapkan dengan brand-new challenge, yakni tunanetra total yang berkecimpung di lingkungan kerja yang belum memadai, saya dan rekan-rekan setim mengusahakan yang terbaik bersama-sama. Manajer tim juga memiliki peran yang sangat besar dalam hal ini. Meskipun demikian, bagaimana dengan event yang murni interaksi sosial antar karyawan seperti acara ulang tahun perusahaan?

Pengalaman Baru, Kekhawatiran Baru

Saat itu, saya baru 2 bulan bekerja di perusahaan ini. Interaksi sosial saya masih terbatas di seputaran tim Inclusion and Diversity di mana saya ditugaskan bekerja. Pasalnya, saya belum lama diperbolehkan bekerja di kantor, setelah tim Employee Health and Safety berhasil mengkonfigurasi presentasi tentang keselamatan kerja untuk karyawan tunanetra total seperti saya. Sistem hybrid – masuk kantor 2 kali seminggu, dalam hal ini – pun masih diberlakukan.

“Acaranya dekat sini kok, Lis (nama pangilan saya),” manajer tim berujar ketika saya menanyakan perihal acara ulang tahun perusahaan yang akan segera digelar. “Tenang aja. Nanti kita temani kok selama acara.”

Masalahnya, pikir saya waktu itu, tempat saya bekerja sebelumnya adalah yayasan kecil, kemudian start-up yang juga berukuran kecil. Oleh karena itu, saya tidak punya gambaran sama sekali akan ekspektasi untuk ulang tahun perusahaan sebesar ini. Dan, karenanya, saya tidak dapat mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.

Namun, saya merasa malu untuk mengutarakan hal ini, sahabat D’Impact. Jadi, saya iyakan saja perkataan manajer tim tersebut, dan tidak bertanya lagi.

Ujian Nyata: Interaksi Sosial dengan Disabilitas Netra

Pada hari-H, saya berangkat ke venue bersama seorang rekan setim dan, leganya, mendapati bahwa acara belum dimulai. Kesempatan ini saya gunakan untuk bertanya tentang detail fisik lokasi, juga deskripsi orang-orang yang hadir.

Semakin lama, semakin banyak orang yang berkumpul dan bercengkrama satu sama lain, dimeriahkan dengan musik instrumental yang upbeat. Suasana terkesan sangat informal. Dan, ditambah informasi yang rekan saya berikan tentang suasana di sekitar kami, saya menjadi rileks.

Meskipun demikian, untuk betul-betul berinteraksi secara sosial sebagai seorang tunanetra total, saya sangat bergantung kepada orang lain yang menyapa saya terlebih dahulu. Pasalnya, dalam keramaian seperti ini, saya sulit mengenali suara seseorang dan tak jarang tidak tahu dari mana suara tersebut berasal.

Di sinilah pengetahuan terdahulu tentang penyandang disabilitas berperan penting, sahabat D’Impact. Nampaknya, karyawan lain yang belum mengetahui keterbatasan ini memperhatikan cara rekan-rekan setim berinteraksi dengan saya, sebab mereka mulai menyapa saya setelah diperkenalkan.

Antusiasme sebagai Penjembatan Inklusi Disabilitas

Serupa perhelatan besar lainnya, orang-orang berlalu-lalang sepanjang acara, dan kerumunan silih berganti. Namun, sesuai janji, rekan setim menemani saya bahkan ketika acara mendekati penghujung, ketika para peserta bebas mengikuti permainan-permainan yang disediakan.

Saya merasa amat berterima kasih akan hal ini, sahabat D’Impact, sebab dengan demikian saya dapat bermobilitas dan menjelajahi venue. Pasalnya, lokasi tersebut terlalu luas dan terlalu baru untuk saya jelajahi sendiri menggunakan tongkat.

Di kesempatan ini, saya bahkan dapat turut berpartisipasi dalam 2 dari 3 permainan yang ditawarkan, yaitu kuis dan lompat bola. Senangnya lagi, meskipun seharusnya pertanyaan kuis dilihat sendiri di layar televisi di booth, peraturan diubah sedikit agar saya dapat turut serta: Penjaga booth membacakan pertanyaan, dan peserta baru boleh berebut menjawab setelah pertanyaan selesai dibacakan.

Bentuk inklusi disabilitas yang spontan dan bahkan antusias dari orang yang tidak saya kenali ini sangat berkesan bagi saya. Menurut saya, uluran tangan ini adalah bukti nyata bahwa kesediaan dan kreativitas adalah cikal-bakal inklusi disabilitas yang sangat penting, termasuk dalam ranah interaksi sosial.

Hal ini semakin terbuktikan di acara berikutnya, yang bersifat lebih outdoors dan dengan demikian memiliki tantangan tersendiri baik bagi saya maupun rekan-rekan yang terlibat. Bagaimana rupa petualangan tersebut? Mari ikuti di artikel berikutnya, sahabat D’Impact! Dan, jika tidak ingin ketinggalan, mari follow LinkedIn dan/atau Instagram page D’Impact!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *