Kampanye Sadar Disabilitas

Sahabat D’Impact, beragam langkah terpisah telah dijalankan untuk mencapai inklusi disabilitas di tempat saya bekerja kala itu, termasuk yang saya ceritakan di artikel terdahulu. Namun, usai review, manajer tim merasa bahwa langkah-langkah ini belum sepenuhnya terkoordinir. Beliau ingin menggabungkan sejumlah langkah sekaligus melalui kampanye sadar disabilitas, yang rencananya akan berlangsung selama sebulan. Dan, sebagai penanggungjawab program Disability Inclusion, saya ditugaskan untuk mewujudkan kampanye ini, mulai dari proses ideation sampai evaluation.

Seperti apa petualangan baru ini? Mari simak ulasan berikut:

4 Bulan Sebelum Kampanye…

Manajer tim menyampaikan gagasan ini pada bulan Januari, sementara kampanye sadar disabilitas rencananya akan diadakan pada bulan Mei. Saya bingung dan bertanya-tanya pada diri sendiri ketika mendapatkan informasi ini dalam rapat: Apakah butuh waktu selama ini untuk mempersiapkan kampanye sebulan? Tinggal buat proposal, presentasikan ke manajer, lalu realisasikan, ya kan? Apalagi, hal-hal yang ingin diwujudkan dalam kampanye sudah jelas, yaitu:
1. Saling tertaut satu sama lain, dengan tujuan dan tagline yang sama, dan dikemas dengan menarik serta ringan;
2. Informatif dan edukatif bagi para karyawan yang biasanya belum pernah mengenal penyandang disabilitas sebelumnya; dan
3. Dapat menjangkau seluruh bagian karyawan perusahaan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke serta terdiri dari beragam karakter.

Terlepas dari semua itu, saya lekas mulai bekerja karena sadar bahwa, bagi saya yang mengandalkan pembaca layar/screen reader untuk segala jenis kegiatan di komputer/ponsel, proses editing setelah penulisan biasanya berlangsung lebih lama daripada mereka yang tinggal melirik isi layar saja. Pertama-tama, saya mengagas dan mengumpulkan segala jenis kegiatan yang terpikirkan untuk menggalang kesadaran akan dunia disabilitas. Kemudian saya menyusun tujuan kampanye serta tagline-nya, dan menyusun aktivitas-aktivitas yang cocok menjadi satu rangkaian sesuai dengan tujuan tersebut.

Awalnya, semua poin ini saya kumpulkan dalam 1 dokumen MS Word, tetapi kemudian saya bagi menjadi beberapa dokumen. Sebab, dokumen sudah terlalu panjang, sedangkan fitur scroll yang biasa dijangkau oleh mouse tidak dapat dijangkau menggunakan screen reader. Untuk meng-edit isi dokumen pun saya harus berhati-hati, karena pembaca layar lazimnya membacakan per baris, sementara banyak poin penting yang berada di tengah baris.

6 Kali “Menggiring Bola ke Gawang”

Proposal yang sudah jadi saya ajukan sekitar 2 mingu setelah gagasan pertama kali dicetuskan dan panduan diberikan. Kampanye sadar disabilitas yang saya formulasikan ini padat aktivitas: seminggu 2 kali, dengan tambahan 2 aktivitas di awal dan penghujung Mei serta 2 aktivitas cadangan.

Tak disangka, manajer tim terkejut dan khawatir begitu membaca proposal tersebut, bahkan sontak berkomentar, “Waduh, Lis (nama panggilan saya), kalau bikin 12 aktivitas begini, kapan kita istirahatnya? Masih ada proyek-proyek lain yang perlu dikerjain juga, lho.”

Mendengarnya, saya kecewa dan tak mengerti. “Apa sih susahnya?’ pikir saya waktu itu. “Kan aktivitasnya nggak tiap hari? Berarti masih ada jedah untuk yang lain, kan?”

Namun, lantaran dititahkan untuk menyusutkan aktivitas dalam kampanye menjadi 4, saya lakukan saja hal tersebut, sambil terus bertanya-tanya dalam hati. Dari 12 aktivitas, saya pilihkan hal-hal yang paling mungkin dilakukan dan paling memenuhi syarat dalam panduan, tetapi susunannya tidak diganti. Proses kali ini berjalan lebih lambat, karena saya harus sangat berhati-hati dalam memotong dokumen agar tidak ada rincian yang tertinggal. Untuk memastikan, saya harus bolak-balik meminta dibacakan baris tertentu oleh screenr eader.

Begitu diajukan lagi, rekan setim mengomentari susunan yang kurang terjalin ini, demikian pula manajer tim, meskipun aktivitas yang saya pilih sudah oke. Proposal pun saya susun ulang dan persolid, sementara saya juga harus mulai menghubungi pihak-pihak yang sedianya akan terlibat dalam kampanye sadar disabilitas ini. Konsekuensinya, proses editing harus lebih lambat lagi. Pasalnya, selain harus memindahkan sekumpulan teks dari satu lokasi ke lokasi lain dalam dokumen tanpa ada yang tercecer atau terpotong, saya pun harus mengurangi, menambahkan dan/atau mengubah detail-detail tersebut satu per satu. Untuk itu, karena pembaca layar tidak dapat membacakan pointer mouse, saya harus banyak menggunakan tombol home/end dan panah kiri/kanan di keyboard.

Mendengarkan apa yang dibacakan screen reader dengan sangat seksama adalah kuncinya, dalam tahapan ini. Sebab, banyak sekali rincian kecil, kesalahan menulis atau detail yang harus diganti yang mudah terlewat sementara program tersebut membacakan isi tiap baris/paragraf. Dan, usai berkomunikasi dengan pihak-pihak lain terkait kampanye, saya harus lekas menambahkan poin-poin baru dalam proposal yang letaknya seringkali terpencar satu sama lain.

Setelah 6 kali melalui proses ini, akhirnya rekan-rekan seprogram Disability Inclusion menyatakan proposal tersebut siap. Lega dan senangnya saya!

Menggoal-kan Kampanye Sadar Disabilitas

Awalnya, saya menyangka manajer timlah yang akan mengajukan proposal ke manajemen HRD. Namun, ternyata, sayalah yang diminta maju.

Kegalauan baru melanda: Saya belum pernah berpresentasi di depan jajaran pimpinan perusahaan besar. Lagipula, ketika berpresentasi, saya harus mendengarkan poin yang dibacakan screen reader dulu sebelum menyebutkannya kepada audience. Ditambah lagi, program tersebut tidak dapat lincah membacakan isi presentasi dalam format PowerPoint, sementara jenis file ini yang biasanya digunakan dalam presentasi. “Bisa banyak diamnya nih aku pas presentasi,” pikir saya cemas.

Namun, manajer tim berkata lain. “Maju aja. Ini kan hasil karya kamu. Kamu yang paling tahu. Mereka bukannya mau menjatuhkan kamu, kok. Cuma mau nanya aja. Pakai Word juga gapapa. Kan yang penting isinya.”

Dan, ternyata, dalam presentasi berdurasi 15 menit tersebut, terjadilah seperti yang mereka katakan, sahabat D’Impact. Pihak manajemen sangat suportif selama proses berlangsung, termasuk dalam sesi tanya-jawab. Mereka pun lantas menyetujui proposal dengan sangat sedikit catatan.

Meskipun demikian, petualangan dan perjuangan ini belum berakhir. Masih banyak persiapan yang harus dilakukan menjelang kampanye sadar disabilitas ini. Jika sahabat D’Impact ingin tahu lebih lanjut, mari simak di artikel selanjutnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *