Sahabat D’Impact, di artikel sebelumnya, Lutfiretno Wahyudyanti (Lutfi) berbagi caranya membangun fondasi bisnis pembuatan videonya, Studio Banyumili. Kali ini, yuk temukan caranya menjaga bisnis ini tetap hidup dan bahkan berkembang sejak awal hingga kini!
Membangun Portofolio Saat “Mencari Jatidiri”
Saat baru memulai bisnisnya, Lutfi rupanya beberapa kali memberikan sampel video kepada calon klien, sahabat D’Impact.
“Dulu waktu awal bikin Studio Banyumili, kami sempat membuat video secara gratis. Soalnya video itu barang mahal, jadi nggak mungkin kami bisa jualan jasa ini tanpa contoh,” tutur perempuan yang gemar membaca ini. “Kami kadang cuma minta diganti biaya operasionalnya. Bahkan, kami pernah tidak menarik bayaran untuk komunitas atau lembaga sosial.”
Ia kemudian menambahkan bahwa membuat video secara gratis tidak adil untuk bisnisnya. Pasalnya, tiap bulan ia tetap harus membayar tagihan, dan harus mengeluarkan biaya pula tiap kali syuting. Sembari berjalannya waktu pun ia sangat selektif saat memilih pekerjaan, supaya pemasukan tetap memadai dan bisnisnya tetap berjalan.
“Tebar Pesona” di Mana-Mana
Dalam membangun bisnis ini, Lutfi banyak mendapatkan klien berkat rekomendasi dari mulut ke mulut, sahabat D’Impact.
Ia bercerita, “Aku pernah ikut kompetisi di suatu stasiun televisi nasional. Penyelenggaranya ngasih kesempatan para alumninya untuk bikin film dokumenter di program tiap minggu mereka. Setelah bikin film dokumenter, ada beberapa teman yang nawarin, ‘Eh, kamu bisa nggak bikin ini?’”
Lutfi pun memanfaatkan koneksi yang ia jalin dengan mantan rekan kerjanya, juga ajang reuni dan event-event lain, untuk mendulang klien atau collaborator.
“Menurutku, modal terbesar berbisnis adalah networking. Waktu menghadiri event atau ketemu teman lama, aku cerita kalau aku punya studio pembuatan video. Mungkin suatu saat nanti mereka perlu pembuat video,” ungkapnya. “Aku selalu bawa kartu nama ke sana. Di situ ada barcode yang mengarah ke proyek-proyeknya Studio Banyumili.”
Merambah ke ranah Daring
Tak hanya secara offline, Lutfi pun gencar “tebar pesona” secara online, sahabat D’Impact.
“Aku juga cari klien lewat Facebook group, Instagram, dan website. Biasanya ada orang atau organisasi yang sedang cari videomaker di media sosial,” paparnya, lantas menambahkan, “Sebenarnya, media sosial bagus untuk personal branding dan marketing. Sayangnya, aku belum sempat me-manage media sosial pribadi sebagai wadah periklanan.”
Di samping menggaet klien baru, Lutfi pun menjaga hubungan baik dengan klien-klien yang sudah pernah menggunakan jasa studionya, sahabat D’Impact, biasanya melalui jalur daring.
“Aku masih suka nyapa klien-klien lama,” katanya. “Beberapa di antara mereka jadi teman online-ku. Kadang-kadang, aku lihat-lihat postingan mereka dan kasih komentar. Ini penting supaya suatu saat nanti kalau butuh video lagi mereka akan ingat aku dan manggil. Atau, mereka akan merekomendasikan ke klien lain. ”
Perusahaan Kecil Bercakupan Luas
Taktik-taktik ini membuahkan hasil yang wow, sahabat D’Impact! Jejaring online bahkan telah menghantarkan sejumlah klien mancanegara kepada Studio Banyumili, mulai dari Malaysia hingga Inggris. Di luar itu, Lutfi beserta tim intinya yang kini berjumlah 5 orang juga pernah melayani permintaan dari stasiun televisi lokal dan internasional, LSM dan komunitas, berbagai brand komersial, hingga perorangan.
Jasa yang mereka sediakan pun beragam, sahabat D’Impact, mulai dari editing video, pembuatan konten, laporan audiovisual, video presentasi, sampai pendokumentasian acara.
Semua ini dikerjakan tim yang dikelola Lutfi sebagian besar secara remote, sahabat D’Impact. Jika diperlukan, ia pun mengajak rekan-rekan lain yang bergerak di dunia videomaking untuk berkolaborasi.
Sahabat D’Impact, semoga kegigihan dan pendekatan secara pribadi yang berkesinambungan yang dipilih video producer ini dalam membangun dan menjalankan bisnisnya dapat membawakan penyegaran atau bahkan inspirasi. Salam sukses!