Shahnaz Haque

Sahabat D’Impact, menjadi orang yang baik dan berempati pada sesama adalah sebuah pilihan. Hal ini dibuktikan dalam perjalanan hidup Shahnaz Haque yang akan diulas berikut ini:

Terlahir dan Terkondisikan sebagai Penyendiri

Sejak kecil, Shahnaz sudah terbiasa sendiri karena umurnya berpaut jauh dari kedua kakaknya. Secara pribadi pun ia tipe orang yang penyendiri/introvert. Ditambah lagi, ia gemar membaca buku, yang notabene tidak memerlukan interaksi sosial.

Baginya, surga masa kecilnya adalah ketika ia diajak orang tuanya ke perpustakaan Erasmus Huis di bilangan Kuningan, Jakarta. Terlebih lagi ketika ia diajak ke toko buku Gunung Agung yang kala itu masih berdiri. “Bisa berjam-jam saya di sana. Semua isi toko buku saya baca dari pagi sampai malam,” tuturnya mengenang.

Karena itu, ia tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi kesendirian. Ia mengaku malah senang menyendiri, dan sulit bergaul. “Saya biasanya pilih-pilih teman,” ungkapnya. “Bukan karena saya jahat, lho, tapi karena saya nggak suka kalau obrolannya nggak nyambung. Jadi saya milih teman-teman yang hobinya sama.”

Mengubah dan Memperbaiki Diri

Namun demikian, Shahnaz tidak mau menjadi orang yang antisosial. Oleh karena itu, menjelang masa remajanya, ia berusaha untuk belajar bergaul. Shahnaz Haque yang tetap bergumul dengan dirinya yang bukan social person. merasa harus memperbaiki dirinya, ia pun berkata, “Tapi saya musti berubah  menjadi tidak cupu, tidak kaku, tidak anti sosial. Saya tidak boleh menjadi anti sosial kan?! Maka perkembangan menjadi remaja itu yang saya pelajari bagaimana saya menjadi remaja yang tidak anti sosial.”

Tekad dan usahanya ini membuahkan hasil. Semasa SMA di jurusan A1 (Fisika), ia dapat bergaul dengan teman-teman sekelasnya. “Tapi di sana kan banyaknya laki-laki ya, jadi sampai sekarang pun teman saya banyaknya laki-laki,” ujarnya menambahkan. “Saya lebih nyaman ngobrol dengan laki-laki karena cara berpikir mereka lebih taktis, praktis dan tidak pakai drama.”

Masa kuliahnya di Universitas Indonesia fakultas Teknik Sipil jurusan Penyehatan Lingkungan semakin mempersolid pilihan ini. “Kuliahnya kan di Teknik Sipil, gaulnya sama tukang, orang lapangan. Mainnya di laboratorium beton, mekanika tanah, penguraian sampah, pengolahan limbah.”

Memupuk Empati, Belajar Menjadi Orang Baik

Namun, di luar itu, ia merasa empatinya semakin terpupuk di masa kuliah. Sebab, kala itu, mahasiswa yang lolos UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) kebanyakan adalah anak-anak daerah yang mempunyai taraf ekonomi menengah kebawah. Shahnaz Haque mulai memaparkan asal muasal ia terlatih menjadi orang baik dan berempati.

“Jadi saya berkumpul sama anak-anak yang betul-betul pilihan, dan kebanyakan anak-anak pilihan itu juga anak-anak daerah yang mereka bukan terlahir dari orang kaya raya. Jadi mereka harus mengubah kehidupan dia mengubah kehidupan keluarganya menjadi lehih baik dari sebelumnya, sehingga kehidupan pembelajaran sosial saya semakin terasah tuh.”

Muncul rasa mudah untuk empati Shahnaz Haque dengan kesulitan orang kemungkinan terbentuknya  adalah di kampus waktu kuliah, karena temannya lebih banyak orang susah  daripada anak-anak kaya atau anak-anak menteri saat itu sehingga punya empati, cepat untuk menolong.

“Ga usah banyak nanya, kelihatan didepan mata apa yang musti dilakukan ya bergerak. Nah, akhirnya itu yang membuat saya terlatih untuk lebih membuka diri saya berkawan dengan banyak orang” tutur Shahnaz lagi

Pengalaman ini membantu membentuk karakter Shahnaz dan membimbingnya dalam hidup hingga kini. Satu pelajaran hidup yang ia petik selama ini dan pegang terus adalah: “Jadi orang baik, mesti jadi orang baik, dan selalu menjadi orang baik. Dan jangan lupa orang  baik itu jalannya sendirian. Orang baik itu kadang-kadang kalau berjalan kehidupan melangkahnya, sedikit banget orang yang menghargainya, ga apa-apa, selama kita yakin bahwa itu adalah baik, hati kita bersih, niat kita adalah ga neko-neko aneh, tetap saja melangkah, melangkah terus sampai tujuan dan waktunya kita dipanggil pulang lagi untuk selesai di dunia ini”, itulah sepenggal pesan Shahnaz Haque untuk semuanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *