
Sahabat D’Impact, pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) belakangan ini sangat diperhatikan dan digalakkan penerapannya oleh pemerintah. Pasalnya, UMKM dapat membantu mengentaskan kemiskinan, memeratakan perekonomian, mengurangi jumlah pengangguran dan menambah devisa negara (Pemkab Buleleng; DJPb Kemenkeu).
Perusahaan tempat saya bekerja waktu itu turut berpartisipasi dalam hal ini, mendukung terbentuk dan berjalannya jejaring toko kelontong yang dioperasikan dan dimiliki oleh keluarga karyawan. Kemudian, berkat kesuksesan proyek ini dan mulai berjalannya program Inklusi Disabilitas secara internal, bantuan yang diberikan merambah ke ranah disabilitas.
Sebagai penanggung jawab bidang disabilitas dalam tim Inklusi dan Keberagaman di kantor, saya otomatis turut berpartisipasi dalam usaha pemberdayaan UMKM disabilitas ini. Namun, tak disangka, saya diminta melakukan sesuatu yang lebih terkait program baru tersebut, tidak hanya sebagai tenaga pendukung.
Seperti apa seluk-beluk pemberdayaan UMKM disabilitas yang saya temukan dalam peran yang tak terduga ini? Mari Simak ulasan berikut:
Mengasihi, Bukan Mengasihani: Kunci Pemberdayaan UMKM Disabilitas
Ketika itu, rekan dalam program Disability Inclusion yang juga petinggi klub sukarelawan karyawan mengutarakan Hasrat klub tersebut untuk membantu penyandang disabilitas meningkatkan taraf hidup dan kemandirian ekonomi mereka.
“Kita sudah pernah berhubungan sama UMKM disabilitas di sekitar sini (Jawa Timur). Kepinginnya, kita kasih pinjaman tanpa bunga, bukan bantuan, supaya teman-teman itu bisa berdaya, bisa berdikari,” ujarnya dalam rapat tim. “Mereka setuju dengan skema pinjaman ini. Tapi, nyatanya, 2 orang yang diberi pinjaman itu nggak mau mengembalikan pinjaman, bahkan Rp.50.000 pun nggak. Alasannya macam-macam, padahal usahanya sudah mulai berkembang. Nah, sekarang kita mau coba lagi, tapi di Jakarta, sekalian mengaktifkan cabang klub yang di Jakarta. Tapi kita nggak pingin kecele lagi.”
Mendengarnya, saya setuju dan lantas mengajukan UMKM disabilitas yang kebetulan dibina teman sesama tunanetra, yang saya rasa memenuhi kriteria. Profil yang saya beberkan rupanya menarik, sehingga saya mendapatkan lampu hijau untuk menghubungi teman tersebut untuk menjajaki kesediaan serta kesanggupannya.
Namun, tak disangka, rekan setim yang menelurkan ide ini kemudian menghubungi saya secara pribadi dan bertanya apakah saya bersedia menjadi penanggung jawab program.
“Kan aku di Surabaya, kamu di Jakarta, temanmu masih di seputaran Jakarta, yang mau direaktivasi juga klub sukarelawan cabang Jakarta, jadi aku nggak bisa bantu banyak,” jelasnya. “Kalau bisa sih bulan depan kita sudah bisa jalan, ya. Harapannya sih bisa jalan terus, ya. Nanti kalau sudah set up, kubantu formalisasikan.”
Menjembatani Kolaborasi demi Pemberdayaan UMKM Disabilitas
Bagi saya, tanggung jawab yang dilimpahkan amat besar dan bahkan vital dalam banyak hal. Apalagi, tenggat yang diberikan singkat, tujuan yang ingin dicapai besar, dan sudah ada Sejarah yang kurang menyenangkan dari percobaan terdahulu.
Namun, saya sudah bertekad terus membangun diri, dan ini kesempatan baik untuk mencapainya, jadi tanggung jawab tersebut akhirnya saya sanggupi. Di samping itu, saya berharap dapat membuktikan bahwa tak semua penyandang disabilitas hanya mengharapkan bantuan saja. Saya pun berharap dapat memfasilitasi inklusi disabilitas dengan cara yang lebih nyata, ringan dan berkesinambungan bagi karyawan perusahaan. Dan, tentunya, saya berharap penyandang disabilitas yang tergabung dalam UMKM binaan teman saya taraf hidupnya dapat meningkat dengan stabil.
Secara sekilas, semua goal ini selaras, jelas dan menuju ke hasil yang sama. Meskipun demikian, jumlah dan bobotnya serta ketiadaan langkah-langkah yang pasti menjadi beban batin tersendiri bagi saya, sahabat D’Impact. Saya jadi kehilangan arah, tidak tahu harus mulai dari mana dan melakukan apa.
Saya mencurahkan uneg-uneg ini pada seorang rekan kerja di luar tim, juga pemilik UMKM yang hendak diajak bekerjasama. Merekalah yang akhirnya membantu saya memformulasikan perwujudan program pemberdayaan UMKM disabilitas ini, sahabat D’Impact. Pemilik UMKM menjamin pengembalian pinjaman, juga membeberkan apa saja yang bisa ditawarkan dalam kolaborasi ini. Sementara itu, rekan kerja di perusahaan membantu saya berhubungan dengan tim yang mengurus UMKM binaan perusahaan, juga gambaran tentang klub sukarelawan karyawan yang akan direaktivasi dan sejumlah langkah yang bisa saya ambil.
Selangkah Lebih Maju
Proses berjalan agak panjang, sahabat D’Impact, karena baik saya maupun calon mitra UMKM disabilitas menyandang disabilitas netra total. Ketika diminta menyiapkan e-catalogue untuk barang-barang yang hendak dipasarkan, teman tersebut harus menunggu bantuan non-tunanetra untuk memotret setiap barang dan menyusunnya dalam sebuah berkas elektronik. Ketika file sudah dikirimkan kepada saya, saya pun harus menunggu ketersediaan waktu rekan kerja untuk meninjau file tersebut.
Apalagi, kemudian muncul gagasan untuk merayakan hari pertama kolaborasi perusahaan dengan UMKM disabilitas ini sekaligus reaktivasi klub sukarelawan karyawan cabang Jakarta. Saya harus bergantung pada rekan-rekan setim perihal tata ruang untuk acara, juga lapak dagangan untuk UMKM disabilitas tersebut. Pasalnya, saya tidak begitu familier dengan kantin kantor yang akan menjadi venue. Kartu-kartu pajang berpenampilan menarik pun harus dibuat dan dicetak, berisikan kisah di balik beragam makanan yang dijual, yang merupakan hasil karya UMKM lain, pribadi-pribadi dari kelompok rentan, maupun keluarga penyandang disabilitas.
Namun, meskipun mundur sebulan dari tenggat yang diharapkan, acara dapat terlaksana dan bahkan menarik cukup banyak perhatian, sahabat D’Impact! Saya lega sekali.
Bonusnya, meskipun yang dijadwalkan hadir, berpidato serta meresmikan program ini adalah Kepala Divisi Hubungan Industri selaku pengawas klub sukarelawan karyawan, ternyata Direktur Utama pun hadir dan berpidato! Beliau bahkan berkontribusi membeli dagangan UMKM disabilitas yang baru saja terjalin kerjasamanya, dan menyambut baik serta mendukung kehadiran program ini.
Bagi saya, endorsement serta dukungan serupa sangat penting bagi berkelanjutannya pemberdayaan UMKM disabilitas, sahabat D’Impact. Selain memberikan bantuan secara materi, dukungan seperti itu pun dapat meningkatkan semangat UMKM disabilitas yang diajak bekerjasama. Terbukti, program tersebut terus berjalan hingga kini, meskipun saya sudah tidak lagi bekerja di Perusahaan itu.
Semoga semakin banyak lagi program serupa yang tercetus dan berjalan mulus demi pemberdayaan UMKM disabilitas, sahabat D’Impact. Salam inklusi!