Pengalaman perdana jadi leader + waktu persiapan yang pendek + kurang paham medan tugas yang cukup rumit = …

Kalau melihat perpaduan di atas, apa yang muncul di benak sahabat D’Impact tentang hasilnya?

Adakah yang menebak, “A Recipe for disaster?”

Nah, bagaimana hasil sebenarnya? Yuk temukan dalam ungkapan pengalaman seorang anggota tim D’Impact berikut!

Penugasan ala “Roro Jonggrang”

Pada tanggal 7 Maret 2025 silam, Indri Agustiani, finance staff yang telah bergabung dengan tim D’Impact sejak Agustus 2023, ditunjuk menjadi ketua panitia acara gathering D’Impact.

“Saya kaget dan bingung karena tiba tiba Ibu (CEO D’Impact) bahas mengenai keberangkatan ke Bali,” kenangnya. “Sebelumnya saya belum pernah jadi ketua panitia. Belum pernah naik pesawat juga. Dan baru pernah sekali ke Bali, itu pun semasa SMK. Apalagi pekerjaan saya sehari-hari mencatat piutang usaha, menagih pembayaran dari pelanggan, serta memastikan arus kas perusahaan tetap sehat, bukan mengatur acara.”

Rumitnya lagi, acara ditargetkan berlangsung hanya sebulan berselang, mencakup 4 agenda besar – business alignment, pelatihan, team bonding dan rekreasi – selama 2 hari. 16 peserta yang ikut pun berasal dari 2 kota yang berbeda, 4 di antaranya teman difabel dengan 3 jenis disabilitas.

Sahabat D’Impact, di sinilah Indri belajar bahwa, “Sebagai ketua, saya harus siap mengambil keputusan cepat dan tetap tenang saat menghadapi tekanan. Karena waktu terbatas tapi saya tidak boleh bertindak gegabah.”

Kunci Sukses Kolaborasi Kilat

Uniknya, dari 16 peserta, 10 di antaranya adalah anggota tim panitia yang Indri tunjuk untuk membantunya meng-handle acara, sahabat D’Impact.

Di satu sisi, seperti kata pepatah – “Banyak tangan, kerja ringan” – persiapan acara jadi lebih “gerecep,” mulai dari transportasi sampai konsumsi. Namun, di sisi lain, seperti juga diakui Indri, miskomunikasi dan demotivasi kerap terjadi antar anggota tim panitia.

Untuk menanggulangi tantangan tersebut, ia menerapkan Langkah-langka berikut:
“1. Komunikasi rutin – Saya membuat grup koordinasi aktif dan mengadakan briefing singkat secara berkala untuk mengecek progress;
2. Delegasi tugas yang jelas – Saya memastikan setiap anggota tahu peran dan tanggung jawabnya agar tidak tumpang-tindih;
3. Jaga semangat tim – Saya meng-encourage diri sendiri dan teman-teman untuk saling support serta terbuka dengan masukan dari semua anggota.”

Kekompakan tim ini mendapat ujian lagi di Hari-H, sahabat D’Impact. Pasalnya, tak semua peserta sudah pernah bepergian menggunakan pesawat udara sebelumnya, termasuk sang ketua panitia sendiri.

“Rasanya campur-aduk antara gugup, antusias, dan juga tanggung jawab,” kenangnya. “Saya tidak hanya harus memastikan diri sendiri siap terbang, tapi juga memastikan semua peserta nyaman dan tidak ada yang tertinggal atau merasa kesulitan, terutama mereka yang membutuhkan perhatian khusus seperti teman-teman difabel. Tantangan terbesar waktu itu adalah bagaimana tetap tenang dan fokus di tengah situasi yang benar-benar baru bagi saya. Saya harus cepat belajar tentang prosedur penerbangan, alur bandara, dan kebutuhan khusus peserta disabilitas seperti akses kursi roda, jalur cepat, atau pendampingan ekstra.”

Ia lantas menandaskan, “Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa kepemimpinan bukan soal tahu segalanya, tapi soal kesiapan untuk belajar, beradaptasi, dan tetap peduli pada orang lain meskipun dalam situasi baru.”

Hadiah Kerja Keras

Selain melampiaskan hobi travelling-nya serta refreshing di luar rutinitas kerja, Indri terus melaksanakan tugasnya sepanjang acara, sahabat D’Impact.

“Saya harus selalu siaga – mengatur waktu, memastikan semua berjalan lancar, dan menyelesaikan masalah yang muncul tanpa membuat peserta tahu,” tuturnya. “Tapi justru dari situ saya merasa lebih dekat dengan tim panitia, karena kami saling bantu dan berbagi peran.”

Dan kerja keras Bersama yang disertai komunikasi jelas, delegasi tepat serta semangat tim yang solid ini pun terbayarkan, sahabat D’Impact.

“Antusiasme dan kebersamaan peserta tinggi Dari awal keberangkatan hingga pulang. Suasana terasa hangat, ramai, dan penuh interaksi positif. Juga tidak ada keluhan serius soal akomodasi, konsumsi, atau transportasi,” papar Indri. “Bahkan beberapa peserta menyampaikan bahwa ini outing terbaik yang pernah mereka ikuti sejauh ini, seru banget, pingin diulaang tahun depan.”

So, sahabat D’Impact, saat berhadapan dengan tantangan mendadak, seturut pengalaman Indri, kunci sukses ada pada ketenangan, kolaborasi, dan kemauan untuk terus belajar serta beradaptasi.

Bagaimana peserta lain – termasuk yang difabel – menyikapi acara ini? Apa sebenarnya tujuan utamanya? Seperti apa impact yang dirasakan usai gathering? Yuk nantikan di artikel berikutnya, sahabat D’Impact, dan subscribe ke LinkedIn dan/atau Instagram D’Impact agar tidak ketinggalan!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *