Sahabat D’Impact, pepatah “Tak kenal maka tak sayang” sering digaungkan dalam berbagai kesempatan, bahkan sebagai jawaban untuk beragam permasalahan. Rupanya, menurut Ramya Prajna Sahisnu, founder dan CEO Think.Web, hal ini pun berlaku dalam hal pemberdayaan para penyandang disabilitas, termasuk dalam mengubah cara pandang terhadap mereka.
Bagaimana penerapannya dalam laju kerja agen kreasi digital ini dan secara umum? Mari simak selengkapnya dalam ulasan berikut:
Pembelajaran Multifungsi
Seperti diulas sebelumnya, pria berusia 46 tahun ini segera terjun untuk berkenalan langsung dengan dunia disabilitas setelah interaksi pertama. Namun, ternyata, ia tidak hanya membuat situs deskripsi video, menggagas dan menjalankan proyek nonton bareng tunanetra, serta meng-hire pekerja disabilitas, sahabat D’Impact.
“Ada juga kegiatan-kegiatan lainnya, mulai dari membuatkan kelas-kelas belajar digital marketing, belajar membuat konten digital, belajar menulis, termasuk program magang,” penggemar olahraga triathlon dan weight training ini membeberkan. “Kita udah pernah bikin program magang untuk teman-teman ADHD, kemudian magang penulis buat tunanetra, magang designer untuk teman tuli, magang designer untuk Down Syndrome. Ada juga Asperger yang juga sedang magang.”
Adanya beragam program tersebut, untuk beragam jenis disabilitas pula, akhirnya tidak hanya membantu para penyandang disabilitas saja tetapi juga perusahaan. Dengan berjembatan program-program ini, para karyawan Think.Web juga belajar berinteraksi dan bekerja bersama teman-teman disabilitas tersebut.
Bekerja Bersama Teman-Teman Disabilitas
Tentunya, perbauran ini tak luput dari tantangan, sahabat D’Impact.
“Tantangannya lebih kepada pemahaman, terutama mereka yang jauh dari interaksi langsung,” Rama mengakui. “Jadi, semakin jauh seseorang atau karyawan berinteraksi dengan karyawan penyandang disabilitas, semakin susah juga karyawan tersebut untuk bisa bekerja sama.”
Namun, ia juga menekankan, “Kalau orang lihat dari jauh-jauh aja, tentu penuh dengan asumsi yang nggak tepat. Tapi begitu sudah berinteraksi langsung jadi lebih kenal, jadi justru nggak ada masalah sama sekali.”
Untuk menjawab tantangan yang dihadapi dan memfasilitasi interaksi langsung ini, Rama menyebutkan, “Saya bikin sesi-sesi memberikan pemahaman. Jadi sebelum penyandang disabilitas mulai bekerja, saya ada semacam townhall meeting ke seluruh karyawan untuk menjelaskan apa yang menjadi tujuan Think.Web melakukan itu dan bagaimana sebaiknya kita berperilaku.”
Di perusahaan ini, karyawan disabilitas pun diperlakukan secara sama dengan yang non-disabilitas, sahabat D’Impact. Sebagai contoh, ketika ditanya tim D’Impact perihal seorang karyawan tunanetra yang memangku jabatan manajerial di Think.Web, Rama menandaskan, “Kalau soal career step itu kan penilaiannya sudah berdasarkan penilaian kompetensi dan hasil pekerjaan. Sehingga atas penilaian-penilaian itu yang kemudian memang dirasa memungkinkan, sehingga pada saat itu kesempatannya diberikan.”
“Menularkan” Kebahagiaan
Nah, bagaimana dengan penyandang disabilitas yang tak biasa dijumpai bekerja di sektor formal dan bahkan belum familier bagi Rama sendiri?
Perihal ini, Rama mencontohkan saat Think.Web hendak memberi kesempatan kerja kepada teman-teman Down Syndrome.
“Saya sendiri minim sekali informasi mengenai Down Syndrome sehingga waktu itu kita bikin semacam seminar online, mengundang narasumber yang kami dapatkan dari komunitas orangtua dengan anak Down Syndrome, yang merekomendasikan psikolog untuk berbagi ke kami,” ia menuturkan. “Di luar itu, kami sendiri bikin training karena mereka juga butuh adaptasi, butuh penyesuaian. Pelatihannya selama sekitar 4 minggu, dan dari situ saya jadi memahami apa yang mereka bisa lakukan. Kemudian itu jadi dasar apa yang mereka kerjakan ketika di Think.Web.”
Kerja keras, ketulusan serta ketekunan untuk mengubah cara pandang dan menyambut teman-teman Down Syndrome dalam work force Think.Web ini tak sia-sia, sahabat D’Impact. Dari 7 orang penyandang Down Syndrome yang magang di Think.Web, 1 orang kini bekerja full-time sebagai designer.
Keberadaan teman Down Syndrome di kantor pun memberikan warna tersendiri yang dirasa menyenangkan baik bagi rama maupun karyawan lainnya.
“Teman-teman Down Syndrome kan memang – kalau saya nggak salah – hormon happy-nya memang lebih besar dibanding yang lain,” Rama mengungkapkan. “Hal itu juga yang tertular dengan yang lain, jadi situasi kantor juga jadi lebih menyenangkan dengan adanya mereka. Mereka ini menyenangkan sekali.”
Mengubah Cara Pandang terkait Disabilitas: Kesempatan dan Penyerapan
Semua usaha dan pencapaian yang telah dibeberkan Rama di atas berlandaskan azas kesempatan, sahabat D’Impact.
Ia menjelaskan, “Kesempatan perlu diberikan seperti halnya kita mengambil dari kesempatan yang diberikan ke masing-masing kita. Masing-masing kita kan hidup atas kesempatan yang diberikan dan kemudian kita mengambil itu. In return ya kita perlu memberikan kesempatan untuk orang lain dan orang lain tersebut juga perlu mendorong diri untuk mengambil kesempatan itu. Kesempatan tidak bisa hanya datang, tapi perlu dicapai, perlu diraih, perlu diupayakan, dan kemudian perlu dimanfaatkan secara maksimal dan secara baik.”
Berlandaskan azas tersebut pula, Rama menitipkan pesan bagi sahabat D’Impact, terutama yang memiliki usaha dan ingin membantu para penyandang disabilitas untuk bekerja: “Perlu berangkat dari keinginan untuk menyerap, bukan hanya sekadar merekrut. Karena kalau merekrut, nanti dasarnya mencari apa yang bisa dikerjakan. Tapi kalau menyerap, artinya ditarik aja dulu, diterima aja dulu, untuk kemudian duduk bareng dan membicarakan hal apa yang bisa dilakukan. Karena itu artinya kita sedang bertemu di tengah, sedang mencari jalan tengahnya untuk semua.”
Lebih jauh, ia menekankan, “Percaya bahwa keberagaman itu akan membawa pengaruh baik secara bisnis, bukan hanya secara social, karena keberagaman mendorong keterbukaan dalam berpikir dari berbagai perspektif, sehingga ruang untuk ide-ide dan pemikiran kreatif jadi lebih ada, sehingga solusi dari permasalahan yang dimiliki perusahaan jadi bisa terselesaikan karena inovasi-inovasi yang muncul.”
Bagaimana, sahabat D’Impact? Tertarik menjadi Rama-Rama berikutnya? Atau bahkan sudah melakukan hal ini? Mari bagikan pengalaman sahabat D’Impact di kolom komentar, atau di Instagram dan LinkedIn D’Impact.
Salam inklusi!