Berbagi dengan Sesama

Sahabat D’Impact, sukses dalam berbisnis tentunya cita-cita semua pebisnis. Namun bagaimana halnya dengan kesuksesan berbagi dengan sesama sambil menjalankan bisnis?

Ramya Prajna Sahisnu, pendiri sekaligus Chief Executive Officer Think.Web, sebuah agen kreasi digital, membuktikan bahwa hal ini tidak hanya dapat dirasakan tetapi juga dapat diraih. Salah satu fokus pria berpanggilan akrab Rama ini adalah teman-teman penyandang disabilitas, dan kini bahkan seorang karyawan berdisabilitas netra memegang tanggung jawab kepemimpinan di perusahaannya.

Bagaimana Rama dan Think.Web mencapai titik ini? Mari simak perjalanannya berikut:

Mengejar Rasa Penasaran

Kiprah Rama di dunia disabilitas ternyata berawal dari rasa penasaran, sahabat D’Impact.

Ia bercerita, “Waktu itu awalnya ngantar istri mengikuti kegiatan mengetik ulang untuk dijadikan buku braille. Tadinya cuma mau ngantar, tapi sambil nunggu akhirnya ikutan. Sambil ngetik saya juga sambil membayangkan – karena mengaitkan dengan kegiatan profesional saya – biasanya teman-teman tunanetra ini kalau menggunakan komputer itu gimana, terus mengakses website-website itu seperti apa dan seterusnya, sampai ke pertanyaan kalau nonton YouTube gimana. Terus saya jadi mikir sebenarnya kosakata ‘nonton’ itu ada atau enggak di antara mereka.”

Rasa penasaran tersebut mendorong Rama untuk mencari tahu lebih jauh lagi, sahabat D’Impact. “Saya pergi ke yayasan untuk tunanetra yang kebetulan enggak seberapa jauh dari sekolah anak saya waktu itu. Itu interaksi pertama kali saya, bisa dibilang. Kemudian kegiatannya berlanjut.”

Berinovasi untuk Mengulurkan Tangan

Setelah berkenalan lebih jauh dengan teman-teman tunanetra, lulusan S1 Institut Teknologi Bandung Fakultas Seni Rupa dan Desain Jurusan Desain Produk ini tegugah untuk membantu sesuai bidang keahliannya.

“Saya punya inisiatif bikin website YouTubefortheBlind.com. Intinya website yang meng-embed video-video YouTube dan ditambahkan text yang mendeskripsikan adegan tanpa dialog,” ia menuturkan. Hebatnya lagi, proyek ini berjalan sejak bertahun-tahun sebelum deskripsi tersebut kini tersedia secara otomatis di situs yang dimaksud, sahabat D’Impact!

Bahkan, pada saat yang sama, Rama pun merambah ke luar segi digital dalam memberikan bantuan kepada teman-teman berdisabilitas netra. Kepada tim D’Impact, ia mengungkapkan, “Sambil membuat website itu, kita juga bikin kegiatan Bioskop Bisik, nonton bareng tunanetra, karena waktu itu yang jadi narasumber riset kita itu komunitas yang memang sering nonton bareng sama tunanetra.”

Buah yang dihasilkan pun tidak hanya bermanfaat bagi para tunanetra, sahabat D’Impact, tetapi juga bagi Think.Web, karena, “Setelah itu jadi merekrut teman-teman tunanetra, dan berlanjut ke berkenalan dengan teman-teman disabilitas lain, karena kita berinteraksi di kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan dunia disabilitas.”

Pelajaran Berharga bagi Semua

Selain di surface level, ada pula pelajaran yang dipetik di balik pelaksanaan Bioskop Bisik, sahabat D’Impact.

Program yang namanya digagas oleh seorang karyawan Think.Web ini tak kesulitan mengumpulkan baik tunanetra maupun relawan “pembisik” untuk menonton film bersama. Seberjalannya kegiatan pun, sudah ada wadah online chat untuk membicarakan rencana selanjutnya di antara para tunanetra dan relawan.

Kegiatan ini bahkan terus berjalan selama pandemi Covid-19, sahabat D’Impact, dengan sejumlah modifikasi. Rama menjelaskan, “Waktu pandemi kita jalanin semuanya kan jadi online, jadi pembisiknya cuma satu, terus tunanetranya mendengarkan lewat Zoom gitu. Videonya di-stream audionya aja.”

Namun, sayangnya, usai pandemi, program Bioskop Bisik tak diteruskan lagi, karena, “Kalau bicara kesulitannya apa, mungkin saya bisa bilang independensi organisasi ya, karena Bioskop Bisik ini kan memang sebenarnya kegiatan sampingan dari Think.Web. Kitanya sendiri juga nggak ada waktu. Nggak ada struktur organisasinya juga, dan nggak ada PIC tetap di sini.”

Akhirnya, “Sekarang keberadaannya sangat bergantung sama siapa yang ngejalanin: Ada pihak yang kepingin, ada kegiatan. Kita punya pengalamannya, kita punya network-nya – maksudnya relawan tunanetranya. Ya udah, di situ dibuat.”

Rama pun ingin menyampaikan pesan yang dirasa sangat penting kepada teman-teman tunanetra lewat kegiatan ini. Ia menerangkan, “Bioskop Bisik itu nggak gratis. Jadi tunanetra kalau misalnya mau nonton ya bayar, relawan ya kalau ketika mau jadi relawan ya bayar tiket gitu. Tapi hanya itu. Kalau kebetulan ada sponsor ya bisa jadi transportasinya dibayarin, atau disediakan. Ada snack, dibeliin popcorn, dibeliin minum, lebih ke hal itu. Tapi bukan karena datang, nonton bioskop, ikut Bioskop Bisik, jadi dikasih uang. Saya mau mendorong untuk tidak terbiasa mencari gratisan, karena kan kalau kita mau mendapatkan sesuatu tentu perlu ada yang dibayarkan.”

Temuan-Temuan Baru

Selain mendapatkan pengalaman dan pelajaran yang berharga dalam program-program yang dijalankan Think.Web, Rama beserta timnya juga mendapati beragam hal baru yang terkadang mengejutkan tentang penyandang disabilitas, sahabat D’Impact.

Ia mengungkapkan, “Ketika di Bioskop Bisik, ada asumsi bahwa teman-teman tunanetra itu tidak hanya tidak bisa melihat, tapi juga dianggap miskin, dianggap bodoh. Karena tanggapan begitu selesai Bioskop Bisik itu kebanyakan bilang, ‘Oh, ternyata mereka tuh nggak bodoh ya.’”

Insight ini membuka jalan untuk interaksi lebih lanjut dan pemahaman yang lebih mendalam tentang teman-teman penyandang disabilitas, sahabat D’Impact. Apalagi, sepanjang interaksi dengan mereka hingga kini, Rama mendapati bahwa, “Banyak teman-teman penyandang disabilitas yang terbiasa tersingkirkan, sehingga ketika ada kesempatan yang ada, mereka tidak terbiasa melibatkan diri. Dan juga, dari pengalaman saya, saya sering menjumpai bahwa setiap kesempatan jadi dianggap sebagai tempat untuk curhat, kemudian jadinya terasa lebih banyak mengeluh.”

Solusi yang diterapkan Rama perihal ini adalah, “Saya biasanya mendorong: Ya udah, memang kita berjalan di situasi yang ada. Melibatkan diri lebih banyak dan bertemu di Tengah itu jauh lebih penting daripada  menunggu dan menunggu, dan complain dan complain terus. Memang situasinya sangat jauh dari ideal, tapi ya dari yang ada kita ketemu di tengah.”

Kendaraan untuk Berbagi dengan Sesama

Bagi Rama, Think.Web merupakan “kendaraan” yang sempurna dalam usahanya untuk membantu memperbaiki taraf hidup para penyandang disabilitas. Pasalnya, Think.Web yang berdiri sejak tahun 2005 terbentuk tidak hanya karena “Ada kesempatan untuk mengembangkan marketing di bidang digital/online, di mana waktu itu masih belum ada sama sekali,” tetapi juga “Ingin membuka kesempatan untuk lebih banyak orang untuk bekerja dan berkarya.”

Lebih lanjut, Rama menerangkan, “Salah satu misi di Think.Web adalah pemberdayaan kepada perempuan, anak, pengosah kecil dan penyandang disabilitas. Kesetaraan dan keberagaman, bisa dibilang.”

Secara bisnis pun kesetaraan serta keberagaman tersebut dirasa sangat penting, “Karena perusahaan kreatif membutuhkan keberagaman di internal dan di eksternal.”

Nah, bagaimana Think.Web mengintegrasikan teman-teman disabilitas dalam work force-nya, tidak hanya dalam kegiatan di luar kantor? Bagaimana pula pendapat Rama tentang karyawan disabilitas di sektor formal? Mari simak di artikel selanjutnya, sahabat D’Impact!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *