Membangun Masyarakat

Sahabat D’Impact, membangun diri penting adanya, dan makin diperlukan dalam zaman yang kian cepat berubah ini. Namun, apakah membangun diri saja cukup untuk membangun Masyarakat yang Sejahtera dan maju? Dan, apakah perkembangan berhenti setelah sasaran tertentu tercapai?

Wiki Erdianto, seorang mahasiswa muda dari Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan ini sementara ia berkarya di desanya. Apa saja jawaban yang ia temukan dalam proses pencarian tersebut? Mari temukan dalam artikel berikut, sahabat D’Impact:

Terdorong oleh Itikad Baik

Seperti diulas dalam artikel sebelumnya, Wiki tergerak membantu para tetangga di desanya yang kesulitan mendampingi anak-anak mereka belajar secara daring semasa pandemi Covid-19. Usaha tersebut berjalan dengan cukup baik dan lancar, meskipun bukan tanpa aral merintang.

“Tantangannya yang paling nyata adalah menghadapi mood anak-anak yang kadang tidak menentu dan bagaimana caranya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga saya dan anak-anak adalah teman, bukan guru dan murid,” ujar pemuda kelahiran 24 tahun lalu ini. “Tantangan lainnya adalah ketika saya memiliki murid yang pelupa, jadi saya harus menciptakan cara belajar agar dirinya ingat dan tidak pelupa.”

Wiki menyiasati tantangan-tantangan yang ia hadapi dengan menarik perhatian, antusiasme dan kedekatan murid-muridnya.

“Yang pertama saya lakukan dalam belajar-Mengajar adalah menanyakan pelajaran yang paling mereka tidak pahami. Dan semua menjawab pelajaran matematika. Jadi saya berikan soal yang terlihat sulit namun mudah. Seperti perkalian 11. Sehingga anak-anak antusias dan meredam perasaan kalau matematika itu sulit,” tuturnya. “Kemudian memancing anak untuk bercerita lalu saya mendengarkan mereka bercerita tentang hal-hal yang mereka alami. Saya tidak lupa beri apresiasi dan berantusias atas cerita mereka. Dengan cara ini saya dan anak-anak menjadi teman. Sehingga penyampaian saya ke anak-anak bisa masuk dan mereka merasa senang.”

Membantu Membangun Masyarakat dari Mulut ke Mulut

Rupanya, keberhasilan ini diperbincangkan para tetangga hingga “menular” ke desa sebelah, sahabat D’Impact.

Pemuda yang merantau di Jakarta hingga Desember 2020 ini berkisah, “Beberapa hari setelah saya pulang kampung, Mama Abdul, yang merupakan tetangga saya, datang menemui saya untuk meminta tolong kepada saya agar saya mengajari Abdul membaca. Abdul sudah kelas 2 SD namun belum lancar membaca. Saya mengajarinya setiap hari setelah isya sampai dengan selesai. Sekitar tahun baru 2021, Abdul dan keluarganya pergi ke Jakarta dengan keadaan sudah bisa membaca buku tanpa dieja lagi. Beberapa hari sebelum berganti bulan dari Februari ke Maret, saya ditelepon oleh seorang ibu dari desa tetangga untuk mengajari anaknya belajar. Ternyata ibu tersebut adalah adik dari mamanya salah satu anak yang saya ajar.”

Bagi Wiki, tantangan yang dihadapi pun ternyata tidak hanya terselesaikan, sahabat D’Impact, tapi juga terbayarkan. “Saya senang melihat mereka belajar dan memiliki kemajuan,” ia mengungkapkan. “Senang memiliki banyak kenalan baru juga. Setiap bertemu di jalan saya disapa oleh mereka. Saya mendapatkan senyuman dari mereka dan orang tuanya.”

Namun, Wiki tak tinggal diam setelah meraih sejumlah pencapaian ini, sahabat D’Impact.

Membangun Masyarakat dengan Cara yang Lain

Pada bulan April 2021, pemuda ini beserta kawan-kawannya mendirikan perpustakaan desa yang dinamai Reksa Pustaka. Perpustakaan tersebut berlokasi di Balai Desa Jembangan, Banjarnegara, Jawa Tengah.

“Reksa Pustaka berdiri saat itu masih Covid, oleh karena itu kami berfikir ‘apa si hal yang bisa mengurangi anak bermain HP dan bisa dijadikan alat literasi, apalagi literasi di desa saya masih kurang banget,” ujarnya kepada tim D’Impact tentang hal ini. “Akhirnya setelah mengobrol dengan teman-teman, tercetuslah ide untuk membuat perpustakaan.”

Ia senang mendapati bahwa respon warga sekitar sangat baik terkait kehadiran perpustakaan ini. Sayangnya, “Kualitas perpustakaan masih sangat jauh dari harapan. Koleksi masih kurang terbaharui dan rak bukunya masih sederhana. Kami juga belum mempunyai bangunan; kami masih menumpang di balai desa.”

Meskipun demikian, mereka tetap berusaha hingga sekarang, sahabat D’Impact, demi kemajuan desa mereka. “Kami usahakan untuk meningkatkan kualitas Perpustakaan Reksa Pustaka, misalnya mencari donatur untuk membeli perlengkapan Perpustakaan seperti rak, laptop, sound, printer, proyektor dan lain-lain.”

Tak hanya itu, perlahan Wiki pun menyadari bahwa ia memerlukan ilmu yang mumpuni untuk mengelola perpustakaan demi membantu membangun masyarakat di desanya.

Membangun Diri, Membangun Masa Depan

“Ketika saya mengajar dan ikut organisasi pemuda desa, saya merasa pola pikir dan cara kerjanya tertinggal. Dulu saya pikir kuliah itu tidak penting, tapi setelah bertemu teman-teman Kawula Muda Jembangan, ternyata kuliah itu bisa membentuk pola pikir yang baik, cara kerja dan karakter yang lebih baik,” ungkapnya. “Jadi saya pikir harus meningkatkan ilmu saya agar tidak tertinggal jauh dari mereka yang kuliah. Jadi saya berpikir, bahwa kuliah itu sebenarnya penting untuk upgrade diri.”

Wiki berkuliah di jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Terbuka sejak tahun 2023 menggunakan upah hasil mengajarnya, sahabat D’Impact. Ketika ditanya mengapa mengambil jurusan unik ini, ia menerangkan, “Saya awalnya ingin PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar), tapi saya pikir lulusan PGSD sudah banyak di sini. Lalu pilihan ke-2, saya memilih Ilmu Perpustakaan karena saya tertarik dengan perpustakaan, selain saya founder dari Perpustakaan Reksa Pustaka yang ada di desa saya. Saya juga melihat bekerja di Perpusda (Perpustakaan Daerah) Banjarnegara itu asyik, tidak kaku, dan bisa menyentuh banyak pihak. Makannya saya tertarik dengan ilmu perpustakaan. Karena saya ingin sekali bisa bekerja di perpustakaan.”

Berkenaan dengan usahanya selama ini, Wiki juga ingin mengajak muda-mudi lain untuk berbuat serupa: “Untuk anak-anak muda yang ingin melakukan hal positif, mengajar anak-anak ini merupakan salah satu jawabannya. Dari pada nongkrong menghabiskan uang dan membuang waktu, lebih baik waktunya digunakan untuk berbagi ilmu kepada adik-adik kita di luar sana. Jika tidak ingin melakukan sendirian, bisa juga kita sebagai anak muda membentuk sebuah tim untuk mengajar.  Belajar sambil bermain bersama. Ajak anak-anak di sekitar tempat tinggal kita untuk belajar bareng. Wariskan ilmu yang kita dapat dari sekolah untuk generasi berikutnya. Ilmu itu akan bermanfaat untuk mereka menghadapi pendidikannya. Untuk melakukan hal tersebut, Modal kita hanyalah waktu dan ilmu yang kita dapat sebelumnya.”

Wow. Keren ya, sahabat D’Impact?

Tertarik mencoba? Well, have fun teaching and spreading communal wellbeing!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *