Inklusi Disabilitas

Sahabat D’Impact, membangun kesadaran akan keberagaman, apalagi toleransi dan inklusivitas, memerlukan perjuangan bersama yang digerakkan tidak hanya dengan satu cara. Membangun inklusi disabilitas pun demikian. Hal ini semakin penting ketika jangkauan yang ditargetkan semakin besar dan rumit, misalnya dalam suatu perusahaan besar.

Dengan mempertimbangkan kenyataan tersebut, manajer tim Inclusion and Diversity di perusahaan tempat saya bekerja waktu itu meluncurkan “serangan” baru: Memberikan informasi tentang berbagai unsur dalam dunia disabilitas di situs e-learning perusahaan yang dapat dijangkau semua karyawan tanpa batasan waktu. Dan, sesuai dengan ranahnya, sasaran yang dituju kali ini berjangka waktu menengah serta bersifat tidak langsung. Hal ini berbeda dari sebelumnya, yaitu pembuatan panduan bagi pekerja disabilitas dan manajernya serta pemberian informasi atau tips singkat di konten forum, yang bersifat langsung.

Untuk itu, manajer tim menugasi saya untuk berkolaborasi dengan tim lain dalam divisi yang sama – Human Resources – yang salah satunya berwewenang atas e-learning platform perusahaan.

Terjun Langsung

Ini adalah kali perdana saya berinteraksi dengan tim lain untuk urusan pekerjaan. Secara pribadi, saya merasa bahwa kesempatan ini sangat penting: Saya dapat belajar dari pengalaman baru, dan rekan-rekan di tim lain pun demikian, karena dapat bekerja bersama pekerja disabilitas. Dan, tentunya, manajer tim dan saya sendiri berharap bahwa proyek kecil ini dapat membawa perusahaan selangkah lebih maju lagi menuju sasaran inklusi disabilitas.

Meskipun begitu, terus terang, tugas ini membuat saya gugup, apalagi sebelumnya saya belum pernah berinteraksi dengan tim ini di luar ranah pekerjaan. Namun, tugas adalah tugas, dan manajer tim sudah sangat membantu, dengan Memberikan nama rekan yang bertanggungjawab atas situs e-learning perusahaan.

Tantangan lain muncul ketika saya hendak menghubungi orang tersebut. Pasalnya, selama ini saya belum pernah harus mencari nama tertentu untuk dihubungi di MS Teams, sementara saya sendiri “gaptek”. Untungnya, rekan setim bersedia menolong, dan rela beradaptasi dengan keadaan – dan, alhasil, cara membantu – yang cukup unik: Ketidakmampuan saya dalam melihat isi layar laptop, dan aplikasi pembaca layar saya yang tidak dapat dioperasikan dengan mouse.

Menetapkan Fondasi

Lebih beruntung lagi, rekan yang saya hubungi menyambut baik kolaborasi ini dan ide tentang menambahkan materi-materi terkait disabilitas ke situs e-learning. Kami berdiskusi perihal teknis proyek ini lewat chat di MS Teams, sementara saya juga mempelajari contoh materi e-learning.

Wawasan baru yang saya dapatkan dari diskusi dan pengamatan tersebut saya gunakan untuk menyusun content plan dan mendiskusikannya secara internal. Namun, tak seperti diskusi terdahulu, diskusi yang satu ini berlangsung lebih lama. Pasalnya, saya lupa memperhitungkan bahwa materi yang akan diterbitkan harus bermula dari hal-hal yang paling mendasar. “Kita kan baru belajar,” manajer tim menekankan.

Dalam penulisan materi pun, saya harus berulang kali membuat revisi atau bahkan draft yang baru. “Terlalu panjang, terlalu wordy, terlalu teknis diksinya,” adalah review yang lazim saya terima dalam proses ini. Namun, dari sini, saya belajar menempatkan diri sebagai seorang non-disabilitas yang belum pernah mengenal penyandang disabilitas tetapi ingin mencari tahu. Saya pun belajar bahwa hal-hal yang saya anggap remeh bisa jadi sangat berarti dalam perjalanan menuju inklusi disabilitas.

Sahabat D’Impact, masih banyak lagi langkah yang perlu ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut, yang tak jarang terasa berat. Bahkan, terkadang, ada langkah tak terduga yang dapat memberikan sumbangsih, seperti pengalaman yang akan saya bagikan di artikel berikutnya. Namun, seberapa pun banyak, berat atau tak terduganya langkah-langkah tersebut, perjalanan terasa lebih ringan ketika ditempuh bersama.

Salam inklusi!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *