
Sahabat D’Impact, keberagaman merupakan fakta yang tidak terelakkan sejak dulu, apalagi di Indonesia. Sementara itu, inklusi sangat penting untuk memanfaatkan segi positif dari keberagaman yang ada dengan sebaik-baiknya. Hal ini saya selami selama bekerja sebagai tenaga pendukung di tim Inklusi dan Keberagaman di sebuah perusahaan rokok multinasional. Dan, di sana, saya berkesempatan berkenalan dengan suatu kelompok karyawan yang sangat unik. Mari berkenalan dengan mereka bersama saya lewat ulasan berikut!
Mengenal Langsung Lebih Baik
Di perusahaan tempat saya bekerja kala itu, terdapat berbagai macam karyawan dengan latar belakang yang tak kalah beragamnya. Salah satu tugas tim di mana saya tergabung adalah memfasilitasi agar keberagaman tersebut dihormati, diolah secara positif, serta dijembatani melalui komunikasi yang inklusif.
Dari semua kelompok karyawan tersebut, yang bagi saya paling menarik adalah pekerja pabrik rokok linting tangan. Hampir semuanya ibu-ibu dari daerah Jawa Timur yang merupakan tulang punggung keluarga, yang memiliki cara mereka sendiri untuk berkomunikasi.
Awalnya saya hanya tahu tentang mereka selintas lalu, sahabat D’Impact. Kemudian manajer tim menugasi saya menerjemahkan poster informasi tentang pelecehan seksual, dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, untuk dipampang di lokasi kerja mereka.
“Bahasanya jangan yang susah-susah, ya. Kata-katanya dibuat down-to-earth, gitu, dan lebih ketimuran,” beliau membubuhkan, lantas membeberkan hal-hal yang saya sebutkan di atas terkait ibu-ibu pelinting ini.
Berbekal informasi tersebut, saya berusaha memilihkan diksi dan susunan kata yang kira-kira cocok. Namun, meskipun manajer tim menganggap hasil terjemahan saya baik, saya merasa masih belum mengenal kelompok karyawan yang baru saja saya bantu ini. Ketika saya terjun langsung melalui kunjungan saya ke kantor pusat perusahaan di Surabaya, barulah saya mulai mengerti.
Mereka menyambut saya dengan hangat dan sepenuh hati saat saya bertandang ke pabrik! Sangat keibuan, sangat kekeluargaan, sangat menghormati, sangat ingin tahu, sangat tekun bekerja, dengan ciri yang sama sekali berbeda dari karyawan kantor yang selama ini saya kenal dan tahu. Saya terkejut dan takjub sekali.
Orang-Orang Sederhana yang Kompleks
Berkat kunjungan tersebut, saya merasa lebih percaya diri ketika menerima tugas berikutnya terkait para ibu pelinting. Manajer tim meminta saya membantu membuatkan naskah sandiwara radio untuk direkam lalu diputarkan untuk didengar saat mereka bekerja. Episode-episode sandiwara tersebut bertujuan meningkatkan wawasan serta kepercayaan diri mereka, juga mengajak mereka membawakan diri serta mempersiapkan masa depan dengan baik.
“Mereka itu simpel, nggak perduli sama hal-hal yang mereka anggap jauh dari mereka. Nah, sekarang, gimana caranya supaya mereka perduli?” manajer tim menambahkan saat dikonfirmasi mengenai gaya bahasa dan diksi yang hendak saya gunakan dalam naskah.
Ketika mempresentasikan draft naskah kepada rekan-rekan setim, saya pun berbagi kisah kunjungan saya ke lokasi kerja mereka sebagai pengantar. Mendengarnya, manajer tim dengan senang hati ikut berbagi, dan mengakui, “Mereka itu memang unik banget. Nggak ada duanya deh. Mereka tuh senang diayomi, diajak ngobrol, diperhatikan. Beda banget sama kita-kita ini. Akhirnya, yang mimpin mereka juga harus beradaptasi.”
“Betul-betul kelihatan keberagamannya!” pikir saya saat itu, makin takjub dengan kelompok karyawan yang satu ini. Sebab, setahu saya, biasanya bawahan lah yang beradaptasi dengan pemimpin. Mendengarnya pun, saya semakin penasaran untuk berinteraksi lebih jauh lagi dengan mereka.
Membuka Hati, membuka Pikiran
Kesempatan berikutnya untuk menyelami keberagaman bersama kelompok karyawan yang unik ini muncul saat manajer tim menugasi saya untuk meluncurkan kampanye sadar disabilitas. Beliau ingin memperkenalkan dunia disabilitas kepada sebanyak mungkin kelompok karyawan, dan saya merasa bahwa para pelinting rokok merupakan potensi yang perlu ikut disentuh.
Pada akhirnya, seperti yang dibagikan di artikel lalu, kami menggelar dialog inklusif bersama pimpinan pabrik rokok linting tangan beserta 2 orang pelinting yang kebetulan juga penyandang disabilitas. Dalam dialog tersebut, peserta mengaku mendapatkan insight yang melimpah terkait kehidupan dan perjuangan para pekerja disabilitas serta keberadaan mereka di perusahaan.
Tak hanya itu, saya sebagai penyelenggara pun merasa dicerahkan oleh kisah-kisah yang terkuak dalam dialog tersebut, sahabat D’Impact! Salah satu pelinting bercerita bagaimana beliau menjadi penyandang disabilitas dalam kehidupan yang serba minim, sebelum akhirnya diterima bekerja di perusahaan ini berkat “kenekadan” beliau untuk melamar dan keterbukaan hati perekrut untuk menerima. Sementara itu, seorang peserta yang ternyata dulu rekan kerja narasumber berikutnya yang merupakan pimpinan tim kerja berdisabilitas rungu, berkisah bagaimana beliau selalu menemui rekan ini setiap usai rapat untuk memastikan apakah informasi yang didengar sudah akurat dan tidak terlewat.
Saya merasa tergugah dan bersemangat untuk mencontoh mereka. Dan, bagi saya, inilah indahnya keberagaman: Setiap orang dapat menginspirasi satu sama lain, dan belajar dari satu sama lain.
Semoga apa yang saya bagikan ini pun bermanfaat bagi sahabat D’Impact. Salam inklusi! Dan, jika sahabat D’Impact tertarik mengikuti pengalaman saya yang berikutnya terkait keberagaman dalam segi lain, mari nantikan artikel selanjutnya!